SELAMAT DATANG SOBAT

Jumat, 22 Oktober 2010

Harga tongkang naik 16,6% Pengadaan kapal belum terhambat



OLEH TULARJI Bisnis Indonesia
JAKARTA Kenaikan harga baja mendongkrak biaya pembelian kapal tonqkanq batu bara berbobot 8.000 DWT hingga 16,6% dalam setahun terakhir. Ketua Bidang Angkutan Tongkang Dewan Pengurus Pusat Indonesian National Shipowners Association (INSA) Teddy Yusaldi mengatakan kenaikan harga kapal tongkang belum menghambat pengadaan kapal baru dalam rangka mengamankan pasokan batu bara ke pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
"Harga kapal tongkang sekarang naik US$500,000 per unit dibandingkan dengan posisi Maret 2009, tetapi sejauh ini pengadaan kapal tidak terpengaruh karena tarif angkutan domestik ikut dinaikkan," katanya kepada Bisnis kemarin. Dia mengungkapkan harga kapal tongkang dengan bobot 8.000 DWT pada bulan ini menembus US$3,5 juta per unit.
Angka itu naik 16,6% dibandingkan dengan posisi pada bulan yang sama tahun lalu sebesar US$3 juta, tetapi lebih rendah daripada kondisi semester 1/2008 atau sebelum krisis ekonomi global yang mencapai US$4,2 juta per kapal. Teddy menjelaskan kenaikan harga kapal dipicu oleh melonjaknya suku cadang terutama harga pelat sering dengan naiknya harga baja.
Bahkan, harga baja berpeluang menembus titik tertinggi sebesar US$700- US$800 per ton pada tahun ini didorong oleh lonjakan harga bijih besi dan pemulihan ekonomi global sejak November 2009. Berdasarkan rekapitulasi analisis Middle East Steel-lembaga riset baja asal Timur Tengah, harga baja pada 2009 pernah menyentuh titik tertinggi pada Agustus, yakni mencapai US$630 per ton.
Adapun, harga baja pada 1 Februari 2010 melonjak hingga 34,78% dibandingkan dengan harga pada bulan yang sama tahun lalu, yakni dari US$460 per ton menjadi USS620 per ton. (Bisnis, U Februari). Teddy menegaskan operator kapal tongkang menjamin ketersediaan kapal berbendera Merah Putih mampu mencukupi kebutuhan angkutan batu bara domestik, terutama untuk keperluan pasokan batu bara pada 10 PLTU di Jawa dan luar Jawa.
Dia memaparkan sejumlah operator tongkang baru bara pada tahun ini melakukan pengadaan armada antara lain PT Niaga Sapta Samudra sebanyak tiga unit berkapasitas 12.000 ton dan PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk yang membeli tujuh kapal berkapasitas 8.000 ton.
Tidak signifikan Menurut Direktur Utama PT Trans Power Marine, lonjakan kebutuhan kapal berbendera Merah Putih di dalam negeri pada tahun ini belum terlihat karena proyek percepatan PLTU terlambat beroperasi. Di Jawa, terdapat 10 proyek PLTU percepatan berkapasitas 6.900 megawatt (MW) yang memerlukan pasokan batu bara sebanyak 21,58 juta ton per tahun yang beberapa di antaranya beroperasi pada tahun ini.
Wakil Ketua DPP INSA L Sudjatmiko mengatakan armada nasional jenis tongkang telah disiapkan oleh sejumlah perusahaan pelayaran untuk mengisi kebutuhan angkutan batu bara domestik. "Berapa pun [kapal] yang diperlukan, pelayaran sanggup memenuhinya."
Sebanyak 30 kapal tongkang berbendera Indonesia sudah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan angkutan batu bara dalam mendukung pengoperasian tiga unit pembangkit listrik yang merupakan proyek percepatan di Pulau Jawa. Kapal-kapal tersebut berkapasitas angkut 8.000 ton per unit, sedangkan kebutuhan batu bara pada tiga pembangkit yang diperkirakan beroperasi pada semester I tahun ini mencapai 5,92 juta ton. Berdasarkan dokumen yang diterima Bisnis, tiga unit pembangkit listrik baru di Pulau Jawa dijadwalkan beroperasi pada semester I tahun ini. Ke-3 pembangkit itu, yakni PLTU 1 Banten (Suralaya-Banten) dengan kapasitas 1x600 MW, PLTU 1 Jawa Barat (Indramayu-Jabar) berkapasitas 3x300 MW, dan PLTU 2 Jawa Timur (Paiton-Jatim) berkapasitas 1x600 MW.
Sudjatmiko menjelaskan sedikitnya 10 perusahaan pelayaran nasional telah menyatakan komitmen untuk mengangkut batu bara bagi kebutuhan tiga pembangkit baru itu, termasuk dua PLTU yang beroperasi beberapa waktu lalu. Perusahaan itu antara lain PT Lintas Gurita Lintas Samudra dan PT Majukarsa Perdana Jaya Line, [tularji@bisnis.co.ld)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar